YEAY! #WAWANCARRR is back! Di
edisi ke-5 ini kami berhasil mewawancarai Band asuhan Vicky Burky yang sangat
menyukai olahraga. Sejak kemunculan
pertamanya di tahun 2011 mereka berhasil menghipnotis scene indie Bandung dengan gaya khas : “kelek bolong”. Baru-baru ini, mereka
juga baru me-release album perdana
bertajuk “Hari untuk Berlari”. Betul! Hoolahoop!
Band asal Bandung ini berhasil kami #WAWANCARRR
di salah satu warung kopi daerah progo, Sabtu, (24/3). Ya rada gaya lah, dan
lumayan menguras dompet tim ROI! Radio. Band yang beranggotakan Raden Riski (Guitar/Vox), Fadli Julistia (Guitar) Reddy Handani (Bass) Yuda
Dwidatama (Drum) ini mengaku menjunjung tinggi pola hidup sehat. Padahal, dari
jawaban-jawaban yang terlontar, mereka tampak kurang “sehat”. Tidak setuju?
Simak sendiri! Sok tah der!
Halo! Kenapa harus Hoolahoop? Kenapa
namanya bukan Barbel?
Redi : Bercandanya dulu we
ya, dulu saya, Yuda dan Aris pernah ikut sanggar tari di
divisi hoolahoop tapi engga cocok. Nah di luar sanggar itu, kami punya keahlian
main musik, jadi akhirnya kami bentuk band. Terus ya.. keluarlah nama Hoolahoop.
Yuda : Kalau versi seriusnya, Hoolahoop itu diangkat karena namanya
unyu dan catchy. Filosofi khususnya
sih, “song
topeko marko perokai” yang artinya “tidak
semua urusan yang kamu tahu boleh tahu”. Hoolahoop itu intinya kun fayakun, apa yang sudah terjadi bakal
kembali ke kami. Jadi kami punya keahlian di bidang musik dan kami tuangkan di sini.
Ya bebaskeun,
bagaimana kalian terbentuk?
Aris : Dulu masing-masing kami punya band, kami iseng-iseng aja sih
pengen bikin proyekan. Formasi awal masih sama Agul dan Tyo, belum ada Fadli.
Sempat ganti-ganti personel sampai akhirnya tinggal bertiga. Yaudahlah kami
coba jalan dulu bertiga, coba rekaman lagu “Perjalan Terindah” karya Aska. Lagu
beres, coba masukin ke radio, alhamdulillah feedback-nya
bagus, jadi pengen makin serius. Akhirnya ketemu Fadli, soalnya tiap Hoolahoop
main dia selalu ikut, engga tau ngapain,
ngilu rusuh we. Awalnya dia jadi additional
dulu, kelamaan cocok dan jadi personel tetap. Nah waktu itu Fadli juga masih
punya band lain.
Fadli : Iya saya juga punya band, band emo. Dan akhirnya.. bubaaaar..
Jadi masing-masing punya band lain ya,
ada konflik dengan band sebelumnya?
Aris : Kalau saya dan Redi dulu kan punya band, tapi karena kami
merasa udah engga comfort ya akhirnya
rest in peace.
Fadli : ada lah sedikit. Jadi
gini ceritanya, pas masuk Hoolahoop, situasinya saya masih punya band, Take Another Fate (Tanofa). Akhirnya saya disuruh milih sama teman-teman
di Tanofa, fokus di Hoolahoop atau Tanofa. Saya pikir “kenapa engga dua-duanya
aja dijalanin?”, ya tapi mereka minta saya harus fokus salah satu. Akhirnya
saya pilih Hoolahoop. Sebelumnya sih rada-rada gimana, cuma sekarang udah
santai sih.
Khusus untuk Yuda, apa kabar nih Lolita
Kesayangan (Lovely Lolita)?
Yuda : Ya ini juga mudah-mudahan Pim dan Eka tau ya. Sebelumnya band-bandan dengan Lovely Lolita,
sebelumnya saya memang punya side-project
sama anak-anak Hoolahoop ini. Tapi entah kenapa memang Hoolahoop yang berjalan lebih
serius, sedangkan di belakang ada konflik tersendiri. Jadi Lovely Lolita itu
tidak memungkinkan untuk berjalan sampai saat ini. Tapi Lovely Lolita masih ada
kok, masih berjalan dengan baik. Cuma vakum dulu.
Jujur ya,
kalau berbicara tentang idealisme kalian
berdua (Yuda & Fadli), apa Hoolahoop sudah sesuai dengan “hati”? Dari sisi
musiknya sendiri jauh ya dengan Take Another Fate dan Lovely Lolita.
Fadli : Kalau saya sendiri idealisnya sih lebih
ke rock. Masalah gaya emo atau scream gitu mah bumbu tambahan aja. Tapi dasarnya
sama aja kok Take Another Fate dan Hoolahoop..
Yuda : Kalau saya sih orangnya engga terlalu
idealis, maksudnya karena saya memperjuangkan apa yang saya inginkan.
Sebenernya kalau di belahan hati saya itu emo, cuma dari dulu engga kesampean
di band manapun. Tapi diam-diam saya memberikan unsur ke-emo-an saya di
Hoolahoop. Mereka engga tau kalau saya punya “secret weapon”, ujung-ujungnya Hoolahoop ini bakal saya bikin jadi
band emo, hahaha..
Hoolahoop
identik dengan olahraga. Dari mulai album “Hari untuk Berlari”, video clip
sampai beberapa penampilan pun kalian memakain baju olahraga. Eta maksudna naon? Pamer bulu ketek?
Yuda : Jadi selain kami pilih nama Hoolahoop itu
bikin enerjik, memang jargon kami itu “mensana
in corpore sano” dan “tahu balahu
lahuba talang”, yang artinya kami
juga pengen mengingatkan sama orang-orang yang suka musiknya Hoolahoop bahwa
sehat itu penting, karena kalau udah sakit itu masuk rumah sakit dan nyusahin
orang. Selain sehat jasmani, sehat mata buat yang nonton kami, karena tubuh
kami juga seksi dan menggoda. Jadi vitamin A buat mata yang nonton.
Aris : Sebenernya gini ya, Hoolahoop ini kan band
baru, baru muncul 2011 kemarin. Kami
pengen ada gimmick aja gitu, biar
gampang diingat orang.
Redi : Terus kalau liat badan kami yang kecil,
sebenarnya keberanian kami engga kecil. Pengen menegaskan semuanya aja.
Tah! Kalian geus sarehat acan hirupna?
Semua : Alhamdulillah
Yuda : Imbangi. kita ngeroko, kita mabuk-mabukan,
mabuk cinta yaaa..
Redi : Aing
mah teu mabok hahaha
Yuda : Kita menjadi angkatan udara gitu juga kita
tetep sehat. Shalat juga.
Redi : Jiga
nu asa-asa kitu ngomongna hahaha
Yuda : Ya gitulah Alhamdulillah sehat, tapi kalau
psikis mah yakin sehat, engga tau kalau jiwa
Apa
olahraga favorit kalian?
Fadli : Kalau saya sih beda sendiri, snorkeling gitu.
Yuda : Kalau saya juga kadang-kadang bulu tangkis
atau sandboard, di gurun pasir tea,
jadi saya suka ke gurun-gurun pasir, Gurun Gobi, Gurun Sahara, Gurun Soekarno Putra.
Redi : Kalau saya kan di album pake stelan
baseball, sebenarnya saya suka catur, tapi emang gitu kalau saya main catur
pake stelan baseball.
Aris : Olahraga, kalau saya olahraga apa ya? Hmm..
Redi : Olahraga jari, soalnya si Aris banyak bbm-an
sama cewe orang.
Aris : Goblok! Hahaha. Engga, kalau saya emang
dari kecil kan SSB, jadi sampai sekarang masih main bola.
Atlet favorit kalian siapa?
Yuda : Bara Pattiradjawane, dulu itu yang hari
minggu gula-gula tukang nyieun kue.
Haha engga sih, atlet favorit sejati saya adalah David Robert Joseph Beckham, 6
maret 1975.
Fadli : Derreck Wish, teuing atlet naon, nu penting aya lah.
Aris : Del
Piero
Redi : Ben Jorgensen. Kemarin –kemarin saya
sempet kaget juga, “wah saya udah follow Jorgensen”. Dia segala bisa, jadi itu
favorit saya.
Bicara
tentang “Hari untuk Berlari”, apa yang ingin kalian sampaikan dari album kalian
ini?
Redi : Kalau dari album ini sebenarnya nano-nano
ya. Ada yang bikin semangat, misalnya orang lagi down denger lagu “Hari untuk Berlari”, “Perjalanan Terindah”, ”True
Friend Will Always Be There”, jadi bikin
semangat aja.
Yuda : Kami memberikan alternatif aja, istilahnya
mah representing untuk yang dengar. Kalau
yang galau, bisa dengerin “Sorry, I Quit” atau “Missing You”, kalau pengen yang
semangat pagi-pagi mau pergi sekolah denger “Hari untuk Berlari”, kalau engga
mau denger, ya engga usah di play.
Kalau yang
paling sering bikin lirik itu siapa? Inspirasinya dari mana?
Yuda : Kebetulan paling banyak saya, tapi semuanya
ikut terlibat. Aris ada, Redi ada, cuma engga tau ini aja (nunjuk fadli).
Fadli :
Baru dua kata, hahaha..
Yuda : Kalau inspirasi lebih banyak tentang wanita
sih, karena sisi emo saya itu paling kental. Udah ah jadi pengen cerita.
Aris : Kalau saya di sini nyiptain satu lagu,
sebenarnya itu tuh kebetulan saya lagi ngalamain seperti itu aja, terus
dituangin ke lagu, alhamdulilah diterima sama pihak labelnya. Emang sih waktu
itu keadaannya sama dengan Yuda. Contohnya lagu “Angel Or Keisha” itu,
maksudnya saya lagi punya satu hubungan terus inget sama yang dulu, ya gitulah.
Angel &
Keisha itu siapa? Tukang bubur?
Yuda : Naha
sih semua orang pengen tau?
Aris : Sebenarnya gini, jadi saya bikin lagu itu
cuma ada satu nama, saya itu ngusulin Angel, terus Yuda waktu itu pengen Keisha
juga, akhirnya Angel Or Keihsa. Ya pokonya ada orang di balik nama itu.
Redi : Sebenernya yang banyak muncul pas “searching” itu Surti, cuma ya kurang match.
Kenapa
harus Angel & Keisha?
Yuda : Ya sok
aja coba ganti sama yang lain, misalnya Debora & Surti, da teu ngenaheun,
didieu albumna geus Angel Or Keisha, nya enggeus we atuh kumaha deui.
Ketika
kalian membuat album ini, lagi pada dengerin apa nih ? ”Influence” lah istilah keren na mah?
Yuda : Oh musik? Saya sih waktu itu lagi dengerin
Paramore, kan Paramore lagi marak-maraknya album “Brand New Eyes” dan satu
lagi, Architects
Fadli
: Kalau saya lagi dengerin Hit The Lights dan Extreme.
Aris :
All Time Low dan Paramore
Redi :
Kalau saya dengerin curahan hati kekasih saya tentang keluarganya, hahaha engga
lah. Saya seringnya denger Pas Band, Seringai, Efek Rumah Kaca, dan Sore.
Baru-baru
ini kalian me-release klip “Hari
untuk Berlari”, bisa dijelaskan konsepnya sendiri seperti apa?
Aris : Sebenarnya fun ya. Kalau buat konsep. Sekali lagi, kami kan baru muncul, jadi
pengen menampilkan image yang fun, Engga mau galau-galauan dulu lah.
Akhirnya konsepnya dibuat fun kaya
gitu, ada Gatot Kaca, ada Gayus juga kan. Sebenernya itu juga untuk gimmick, kan waktu itu Gayus lagi trending topic, gitu deh, biar video clip kita gampang diingat.
Yuda : Jadi kami mah orangnya suka bercanda, karena
pada dasarnya orang sunda semua, mau dipaksain serius juga engga bisa, gagal
terus.
Di klip itu
kalian punya peran, bisa dijelaskan karakter peran masing-masing?
Yuda : Machete itu kalau di film kan sosok yang
ganas, kalau di sini beda, artinya Machete
jodo’e (jodohnya macet). Jadi representing
lah hahaha.
Fadli : Kalau saya sebagai Jose ya. Setau saya Jose itu orang yang selalu tidak setuju, sering dengar
“no way jose”? hahaha.
Aris : Kalau saya Pedro, terinspirasi dari Amigos.
Jadi dulu kan Pedro setia banget sama Ana, jadi saya adalah orang yang setia.
Gitu
Redi : Saya Fernando, lebih ke playboy ya.
Mantep! Oh
ya, beberapa kali kami lihat penampilan kalian, juga sering bawa-bawa kata
“jomblo”, kenapa? Curhat?
Aris : Kami itu manggung tuh bukan untuk
menyampaikan pesan lewat lagu aja, tapi sebagai ajang mencari jodoh untuk
drummer kami yang udah sembilan tahun jomblo.
Jadi kalian
akan berhenti mengucapkan kata “jomblo” ketika Yuda punya pacar?
Semua : Aamiin!
Yuda : Ya sebenarnya itu tuh gimmick buat jualan aja, saya itu sebenernya
playboy, banyak yang suka, lihat aja di twitter.
Sabar duy..
Nah satu hal lagi yang identik dengan kalian, Rocket Rockers! Bagaimana
tanggapan kalian?
Aris : Bukan
identik sih sebenarnya ya, ini semua sih gara-gara saya hahaha. Soalnya saya
sendiri sodaranya Aska (Rocket Rockers) kan, dan single pertama Hoolahoop tuh
dibikin Aska tahun 2005 , setelah itu Aska juga jadi produser kami, kebetulan
juga suara saya juga identik dengan Aska.
Jadi ya semua kebetulan di jalan yang sama. Memang ada beberapa orang
yang bilang kalau Hoolahoop itu “successor”-nya
Rocket Rockers. Sebenarnya kami
bangga, tapi jadi beban tersendiri juga.
Yuda : Ya kami terhantui. Tapi sebenarnya itu jadi rezeki buat
Hoolahoop sendiri. Jadi Hoolahoop itu band lagemi,
“laki-laki gede milik” hahaha.
Oke khusus
buat Aris, seandainya suatu saat pita
suaranya Aska putus dan engga bisa nyanyi lagi,
kamu diminta untuk gantiin dia di Rocket Rockers. Pilih Rocket Rockers
atau Hoolahoop?
Aris : Siapa yang gamau jadi penggantinya Aska, cuma yaitu
dia masalah keterikatan gatau, soalnya kan saya beda generasi gitu.
Jadi pilih mana?
Aris : Hmm gatau sih, bingung hahaha. Eh hoolahoop
si, kayaknya hoolahoop, soalnya kalau di Rocket Rockers kan itu band orang
lain, saya bukan sebagai pendirinya, kalau di hoolahoop saya bisa lebih
gimana gitu. Kebayang aja semua senior, saya junior sendiri.
Hahaha pilihan sulit ya. Ngomong-ngomong,
sejauh mana keterlibatan Aska di Hoolahoop?
Yuda : Dari pertama sih engga ada kontrak atau
pernyataan resmi dari Aska bahwa bakal gimana- gimana, tapi secara keseluruhan
sih dia bantu kami sebisa mungkin. Keterlibatannya tidak begitu resmi. Tapi
sebenarnya Aska lebih ngebimbing sih, kaya dosen pembimbing gitu, skripsi lah.
Bab satunya itu tiga lagu live demo dan ternyata diterima, masuk bab dua, terus
masuk ke penelitian, dan akhirnya wisudanya kemarin tanggal 14
februari, jadi semuanya udah sarjana kemarin.
Wah selamat kalau gitu, jadi
lulus kuliah mau kerja dimana? Bercanda ketang. Pertanyaan selanjutnya, untuk
ke depannya ada gimmick manggung yang
lebih liar dari “olahraga”? atau kalian bakal tetap mempertahankan gimmick itu?
Yuda :
Mungkin seiring bertambahnya umur, karena umur udah panjang, sakit-sakitan lalu
meninggal, pasti ingetnya yang di atas jadi agamis. Baju manggungnya ya gamis,
gamis Syahrini.
Fadli
: Kalau saya sih, jangan kaos tim olahraga atau apa gitu, baju wasit sih
kayaknya.
Redi :
Kalau saya kan semakin dewasa, olahraga juga semakin dewasa, Jadi pake anduk aja
hahaha. Awak ge pasti ngabadagan, moal
era. Pake tato juga, tato emping.
Aris :
kalau saya apa ya, bingung kalau ditanya begitu. Orangnya serius saya euy.
Paling pake celana bahan, tuxedo trus, dasi
kupu-kupu, stelan kasual metropolitan
DICATET! Harus direalisasikan
ya! Oke coba deskripsikan album “Hari untuk Berlari” dalam satu kalimat untuk
meyakinkan orang untuk beli!
Yuda :
Anda puas, kami lemas.
Redi :
You will never rock alone
Fadli
: HORASHOOP!
Aris :
Apa ya bingung euy.. Apapun makanannya, musiknya Hoolahoop
Suka memerhatikan tulisan di
belakang truk? Apa tulisan favorit kalian?
Yuda :
Moal bobo.
Fadli
: Do’a ibu.
Redi :
Teu aya nu sejen iwal ti Allah.
Aris :
Saya mah mau serius ah. “Jadi nomor satu
emang baik, tapi lebih baik jadi satu-satunya” – Truk serius.
Ada pesan terakhir untuk Roi
Radio? Besok kami mau bubar.
Yuda :
Ini kebetulan kebanyakan temen-temen saya disini ya, bangga aja lah soalnya
radio saya dulu engga naik. Jadi ya pesan terakhirnya, tetap semangat, tetap
sehat suapaya bisa denger roi radio terus sama kalau bisa lembaga sensornya
lebih diperhatikanlah karena terlalu bebas.
Fadli
: Emang dasarnya udah pada gila, saya sih inginnya lebih gila lagi lah.
Aris :
Pengen titip pesen sih buat announcer-nya
diky, jangan galau terus, “you’ll never walk alone”.
Redi :
Terus lakukanlah apa yang mereka tidak kalian lakukan dan kalian akan
mendapatkan apa yang mereka tidak dapatkan. Jadi soklah maju terus buat roi.
Tah kieu atuh, kasih pesan tuh yang
positif! Sukses terus untuk kalian! kami
juga punya pesan positif nih : “Teruslah berlari dan kalian akan mampu mengejar
apa yang tidak bisa orang lain kejar”. HORASHOOP! Hidup kelek bolong!
Oleh Citra Adisti & Boniex
Noer