“Kenali Negerimu dan Cintai Negerimu”, tagline yang dicanangkan Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata beberapa tahun lalu. Sebuah ajakan agar kita, bangsa Indonesia mengenal keanekaragaman budaya yang ada di negeri ini. Benar juga, sebelum kita cinta akan negeri ini, tentunya kita harus kenal dulu, siapa negeri ini.
Pertanyaannya : Sudahkah kita mengenali negeri kita sendiri?. Dalam konteks ini, saya tidak berbicara tentang bagaimana saya mengenal kondisi negeri ini, carut marut politik dan hal-hal membosankan lainnya. “Kami cinta negeri ini, tapi kami benci sistem yang ada..” kalau kata band hardcore kenamaan Bandung, Jeruji. Lebih mudah mengenali negeri ini dengan mengenal kebudayaannya ketimbang harus mengenali sistem abstrak yang berlaku di sini.
Terkadang, seseorang lebih tertarik untuk mempelajari budaya luar negeri yang dianggap keren, bahkan tak jarang menjadikannya kiblat. Budaya sendiri, yang ibaratnya lebih dekat acapkali dilupakan dan dianggap kampungan. Lebih parah lagi menganggap mempelajari budaya sendiri adalah hal yang memalukan. Jangan salahkan mereka yang mengklaim budaya kita, toh kita sendiri sering lupa kalau budaya itu ada dan hidup di bangsa ini.
Ayolah, daripada mempelajari simbol-simbol pagan, Freemason, Illuminati, atau apalah itu yang berbau konspirasi lebih baik mempelajari budaya sendiri. Dijamin lebih bermanfaat. Hm, atau perlu aksara sunda perlu disisipkan secara sembunyi-sembunyi di film-film atau video klip supaya terlihat misterius dan menarik untuk dipelajari ya? Sesuatu yang ditutup-tutupi itu kan bikin penasaran. Cik atuh Euy!
Nah, cukup basa-basinya, mari kita berkenalan dengan budaya yang satu ini. Ya, aksara sunda! Pernah liat tulisan seperti “arab gundul” di plang-plang nama jalan di sejumlah jalan protokol Kota Bandung? Sekilas mungkin seperti angka-angka, itulah aksara sunda! Bukan tanpa alasan aksara-aksara sunda tersebut dipasang di plang-plang jalan. Tujuannya, ya sebagai bentuk pelestarian budaya ,bukan untuk sekedar gagayaan.
Sebenarnya aksara sunda kini sudah tidak asing khususnya di kalangan pecinta musik Underground di Bandung. Terima kasih untuk komunitas Death Metal yang telah mempopulerkan aksara sunda pada anak-anak muda. Pernah lihat kan tulisan-tulisan di merchandise band-band Death Metal Bandung? Kalian yang datang ke gelaran Bandung Berisik beberapa waktu lalu juga pasti lihat tulisan-tulisan serupa di layar panggung ketika Jasad tampil. Bahkan ada booth kelas aksara sunda juga di sana.
Ya, berkat band-band seperti Jasad, aksara sunda kini mulai populer mengalahkan simbol-simbol pagan yang dipopulerkan Lady Gaga. Saya rasa, ini cara yang paling efektif untuk mengajak anak muda mengenali budayanya sendiri. Lewat musik, pesan apapun bisa disampaikan! Lihat saja, di komunitas Death Metal, kini budaya sunda sudah seperti gaya hidup bagi mereka, cool !
Yu ah, sudah waktunya aksara sunda dikenal oleh masyarakat yang lebih luas. Nah, Saya akan sedikit memperkenalkan aksara sunda. Secara sederhana, aksara sunda ini juga ada di Wikipedia. Aksara sunda terdiri dari beberapa komponen di bawah ini :
Pertanyaannya : Sudahkah kita mengenali negeri kita sendiri?. Dalam konteks ini, saya tidak berbicara tentang bagaimana saya mengenal kondisi negeri ini, carut marut politik dan hal-hal membosankan lainnya. “Kami cinta negeri ini, tapi kami benci sistem yang ada..” kalau kata band hardcore kenamaan Bandung, Jeruji. Lebih mudah mengenali negeri ini dengan mengenal kebudayaannya ketimbang harus mengenali sistem abstrak yang berlaku di sini.
Terkadang, seseorang lebih tertarik untuk mempelajari budaya luar negeri yang dianggap keren, bahkan tak jarang menjadikannya kiblat. Budaya sendiri, yang ibaratnya lebih dekat acapkali dilupakan dan dianggap kampungan. Lebih parah lagi menganggap mempelajari budaya sendiri adalah hal yang memalukan. Jangan salahkan mereka yang mengklaim budaya kita, toh kita sendiri sering lupa kalau budaya itu ada dan hidup di bangsa ini.
Ayolah, daripada mempelajari simbol-simbol pagan, Freemason, Illuminati, atau apalah itu yang berbau konspirasi lebih baik mempelajari budaya sendiri. Dijamin lebih bermanfaat. Hm, atau perlu aksara sunda perlu disisipkan secara sembunyi-sembunyi di film-film atau video klip supaya terlihat misterius dan menarik untuk dipelajari ya? Sesuatu yang ditutup-tutupi itu kan bikin penasaran. Cik atuh Euy!
Nah, cukup basa-basinya, mari kita berkenalan dengan budaya yang satu ini. Ya, aksara sunda! Pernah liat tulisan seperti “arab gundul” di plang-plang nama jalan di sejumlah jalan protokol Kota Bandung? Sekilas mungkin seperti angka-angka, itulah aksara sunda! Bukan tanpa alasan aksara-aksara sunda tersebut dipasang di plang-plang jalan. Tujuannya, ya sebagai bentuk pelestarian budaya ,bukan untuk sekedar gagayaan.
Sebenarnya aksara sunda kini sudah tidak asing khususnya di kalangan pecinta musik Underground di Bandung. Terima kasih untuk komunitas Death Metal yang telah mempopulerkan aksara sunda pada anak-anak muda. Pernah lihat kan tulisan-tulisan di merchandise band-band Death Metal Bandung? Kalian yang datang ke gelaran Bandung Berisik beberapa waktu lalu juga pasti lihat tulisan-tulisan serupa di layar panggung ketika Jasad tampil. Bahkan ada booth kelas aksara sunda juga di sana.
Ya, berkat band-band seperti Jasad, aksara sunda kini mulai populer mengalahkan simbol-simbol pagan yang dipopulerkan Lady Gaga. Saya rasa, ini cara yang paling efektif untuk mengajak anak muda mengenali budayanya sendiri. Lewat musik, pesan apapun bisa disampaikan! Lihat saja, di komunitas Death Metal, kini budaya sunda sudah seperti gaya hidup bagi mereka, cool !
Yu ah, sudah waktunya aksara sunda dikenal oleh masyarakat yang lebih luas. Nah, Saya akan sedikit memperkenalkan aksara sunda. Secara sederhana, aksara sunda ini juga ada di Wikipedia. Aksara sunda terdiri dari beberapa komponen di bawah ini :
Aksara Ngalagena
Aksara Vokal Mandiri
Angka
Tidak terlalu rumit bukan? tidak ada yang sulit kalau kita punya niat dan mau untuk mempelajarinya. Sebenarnya masih banyak jenis-jenis lain dari aksara sunda ini. Ada aturan-aturan cara membacanya juga, ya sama saja seperti belajar bahasa Inggris. Dan saya tidak memiliki kapasitas untuk mengajarkan lebih jauh aksara sunda kepada kalian, saya pun masih belajar.
Untuk kalian yang tertarik, di bandung sendiri sudah ada kelas aksara sunda sejak Oktober 2010. Datang saja ke Gedung Indonesia Menggugat setiap Jumat malam. Namanya kelas Aksakun (Aksara Sunda Kuno). Pelopornya adalah Sinta Ridwan, penulis buku “Berteman dengan Kematian”. Ialah guru yang mengajarkan Man vokalis Jasad hingga mahir ber-aksara sunda ria.
Ini kelas terbuka, siapapun boleh ikut. Jadi kalian yang tertarik, tinggal datang, dan selamat belajar aksara sunda. Gratis! Dan pastinya juga dijamin mengasyikan, karena metode belajarnya yang santai namun tetap serius. Nah, Tunggu apalagi? Mari hargai budaya sendiri. Mari belajar aksara sunda!
Untuk kalian yang tertarik, di bandung sendiri sudah ada kelas aksara sunda sejak Oktober 2010. Datang saja ke Gedung Indonesia Menggugat setiap Jumat malam. Namanya kelas Aksakun (Aksara Sunda Kuno). Pelopornya adalah Sinta Ridwan, penulis buku “Berteman dengan Kematian”. Ialah guru yang mengajarkan Man vokalis Jasad hingga mahir ber-aksara sunda ria.
Ini kelas terbuka, siapapun boleh ikut. Jadi kalian yang tertarik, tinggal datang, dan selamat belajar aksara sunda. Gratis! Dan pastinya juga dijamin mengasyikan, karena metode belajarnya yang santai namun tetap serius. Nah, Tunggu apalagi? Mari hargai budaya sendiri. Mari belajar aksara sunda!
Boniex Noer
(Tulisan ini adalah bentuk interpretasi tulisan dari siaran "HUMANIORA120" edisi 1)